Satu Lagi, Pabrik Katoda Baterai Kendaraan Listrik Diresmikan di KEK Kendal

  • 08 Oct 2024
  • 241 Dilihat

KENDAL – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Luhut Binsar Pandjaitan meresmikan dimulainya tahap pertama produksi dan rencana ekspansi fasilitas produksi bahan katoda Lithium Iron Phosphate (LFP) oleh PT LBM Energi Baru Indonesia, di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Selasa (8/10/2024).

Peresmian pabrik tersebut merupakan proyek kemitraan investasi strategis antara konsorsium Indonesia Investment Authority (INA) dan Changzhou Liyuan New Energy Technology Co., Ltd. (Changzhou Liyuan), salah satu produsen dan pemasok LFP terbesar di dunia, dan diharapkan akan berperan penting dalam memenuhi permintaan global terhadap baterai LFP yang didorong oleh semakin meningkatnya penetrasi kendaraan listrik di seluruh dunia.

“Sebagaimana sering disampaikan oleh Bapak Presiden Joko Widodo, Indonesia tidak boleh lagi hanya menjadi eksportir bahan mentah. Kita harus menciptakan nilai tambah di negeri sendiri, membangun industri hilir yang kuat, dan menempatkan diri sebagai pemain kunci dalam rantai pasok global. Hilirisasi bukan hanya kata-kata, tetapi strategi besar untuk mempercepat kemajuan Indonesia, terutama di sektor yang akan mendominasi masa depan: ekosistem kendaraan listrik” beber Luhut.

Kepala DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah, Sakina Rosellasari, yang hadir mewakili Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah mengungkapkan bahwa KEK Kendal menjadi magnet investasi di wilayahnya. "Saat ini hanya ada satu KEK di Jateng, namum akan bertambah satu lagi di Batang. KEK Batang telah disetujui oleh Dewan Nasional KEK dan harapannya dengan dua KEK akan meningkatkan investasi di Jateng", ungkapnya.

Investasi perusahaan asal Tiongkok ini mencapai 200 juta dolar Amerika dan diproyeksikan menjadi produsen katoda LFP terbesar di dunia di luar Tiongkok.

"Kapasitas produksi pada fase pertama mencapai 30.000 ton yang saat ini sedang dalam pelaksanaan produksi percontohan. Nantinya akan bertambah menjadi 90.000 ton pada fase dua, yang diharapkan akan dimulai pada tahun 2025", ujar Sakina.

Pada tahun 2030, Indonesia diperkirakan akan melayani pasar senilai sekitar USD 10 miliar dalam bahan aktif katoda LFP, sehingga dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi transisi global menuju energi bersih. Investasi ini juga merupakan bukti daya tarik Indonesia sebagai negara untuk hilirisasi rantai pasok.

Sementara itu, Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah, menyampaiikan, pertumbuhan pesat dalam permintaan LFP, didorong oleh peralihan global menuju EV dan energi terbarukan, menghadirkan peluang besar bagi Indonesia. Seiring dengan munculnya LFP sebagai salah satu bahan kimia utama dalam teknologi baterai.

“Kami percaya bahwa inisiatif ini dapat turut memposisikan Indonesia sebagai pemain penting dalam ekosistem baterai global. Dengan membangun kemampuan produksi yang kuat, Indonesia semakin siap untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat atas bahan katoda LFP di masa depan."

Menurut Ridha, keahlian operasional yang luas serta rekam jejak solid dari konsorsium INA dan Changzhou Liyuan merupakan faktor kunci yang memperkuat inisiatif ini, dan membawa potensi besar untuk meningkatkan peran Indonesia dalam rantai pasok baterai global.

“Kemitraan ini dapat terwujud berkat dukungan kuat dari Pemerintah Indonesia, yang telah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan industri baterai. INA tetap berkomitmen untuk menarik produsen baterai kelas dunia ke Indonesia, memastikan bahwa negara kita siap untuk memanfaatkan nilai signifikan di tengah pasar yang terus berkembang ini,” imbuhnya.

Konsorsium INA dan Changzhou Liyuan memiliki visi yang sama untuk memberikan kontribusi berarti bagi masa depan Indonesia, dengan menyelaraskan investasi strategis dengan tujuan yang lebih luas untuk pertumbuhan berkelanjutan. Selain manfaat ekonominya yang jelas, pabrik ini juga memberikan dampak signifikan bagi masyarakat setempat. Dengan penciptaan lebih dari 2.000 lapangan kerja, 92 persen di antaranya diisi oleh tenaga kerja lokal. Hal itu merupakan contoh nyata bagaimana investasi besar bisa berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat. (humas.dpmptsp.jtg)