Proyek Siap Ditawarkan

Pengembangan Pembenihan Ikan Nila Salin Tilapia
Latar Belakang :

Sub sektor perikanan merupakan bagian dari sektor pertanian (dalam arti luas) sebagai pemasok bahan pangan khususnya kebutuhan protein yang sangat berguna untuk menunjang pertumbuhan fisik manusia. Hal ini ditunjang dengan kondisi alam Indonesia dimana ± 2/3 nya merupakan wilayah perairan yang sarat dengan potensi perikanan dan sumber protein hayati lainnya.

Kebijakan pemerintah saat ini yang diantaranya difokuskan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat terbantu oleh kondisi potensi perikanan yang ada, terutama yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan fisik manusia akan protein hewani berbasis ikan dan produk turunannya. Oleh karena itu, baik pemerintah maupun pemerintah daerah (khususnya bagi daerah yang memiliki sumber daya kelautan dan perikanan sangat potensial) perlu mengupayakan optimalisasi pengelolaan sumber daya alam berupa kelautan dan perikanan secara sistematis dan berkelanjutan melalui peningkatan peran swasta dan masyarakat (sinergi antara pemerintah, swasta dan masyarakat) dalam pengelolaan sumber daya tersebut agar lebih berdayaguna dan berhasilguna bagi pencapaian tujuan pembangunan.

Kecamatan Tayu sebelum berkembangnya budidaya ikan nila salin, pada awalnya merupakan kampung pembudidayaan ikan bandeng dan udang. Beberapa kelemahan di budidaya bandeng seperti masa panen yang lama, harga jual tidak stabil serta meningkatnya pakan untuk bandeng juga permasalahan pada budidaya udang seperti kerentanan terhadap penyakit tinggi yang mengakibatkan gagal panen menyebabkan pembudidaya bandeng dan udang beralih ke budidaya ikan nila salin. Mengacu pada hasil Tahun 2013-2014 Pokdakan Truno Makmur, Desa Jepat Lor Kecamatan Tayu telah melakukan ujicoba pembudidayaan ikan nila salin di petak tendon lahan denfarm budidaya udang dan hasilnya sangat menggembirakan. Adapun beberapa keunggulan budidaya ikan nila salin ini adalah:

  1. Mudah dipijahkan.
  2. Memiliki toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan terutama tahan terhadap kadar garam tinggi atau disebut euryhaline.
  3. Siklus budidaya lebih singkat karena pertumbuhannya cepat serta efisien dalam pemanfaatan pakan.
  4. Dapat di panen berbagai ukuran.
  5. Disukai masyarakat karena rasa daging lebih gurih, dalam dunia perdagangan dijuluki sebagai “Chicken of Fresh Water”.
  6. Harga relatif lebih stabil.
  7. Lebih resisten terhadap penyakit.
  8. Merupakan komoditas ekspor. 

Berawal dari inilah, semakin banyak pembudidaya yang ikut mencoba membudidayakan ikan nila salin. Bukan hanya di Kecamatan Tayu tetapi juga Kecamatan Margoyoso dan Dukuh seti. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan, perkembangan budidaya ikan nila salin di Kabupaten Pati sangat pesat dan berpeluang untuk penawaran investasi pembenihan ikan nila salin.