Proyek Siap Ditawarkan

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro Logawa dan Banjaran
Latar Belakang :

Indonesia adalah negara yang memiliki potensi sumber daya energi primer yang sangat berlimpah. Sumber daya energi primer tersebut meliputi sumber daya energi terbarukan dan sumber daya energi tak terbarukan. Khusus pada sumber daya energi terbarukan yaitu angin, surya, air, geotermal sampai biomassa, Indonesia memiliki potensi yang sangat berlimpah. Namun demikian, hingga sekarang, energi  terbarukan  tersebut baru memasok sekitar 11%  energi listrik masyarakat. Dengan semakin minimnya cadangan minyak bumi di Indonesia, maka pemanfaatan energi alternatif non migas harus ditingkatkan. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi laju pengerukan sumber daya energi tak terbarukan khususnya minyak bumi dan gas bumi. 

Dari sisi lain upaya tersebut diharapkan mampu untuk mempertahankan kualitas lingkungan. Hal seperti dalam kesepakatan Protokol Kyoto. Dalam protokol tersebut disepakati untuk mereduksi kerusakan lingkungan, terutama pencemaran udara yang diakibatkan oleh penggunaan bahan bakar fosil. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka pemanfaatan sumber daya energi primer yang dapat diperbaharui layak didorong seperti yang tertuang pada Kebijakan Energi Nasional (KEN). Dalam hal ini, Pemerintah mempunyai target pada Tahun 2025 pasokan energi yang berasal dari sumber daya energi terbarukan mencapai 20%. Untuk merealisasikannya maka pemanfaatan sumber daya energi primer terbarukan mulai digalakkan  dengan pembangunan PLTA yang diharapkan mampu mereposisi fungsi PLTD yang memiliki biaya operasional sangat tinggi dan untuk mengurangi laju pengerukan bahan bakar minyak.

Selain itu, dalam rangka mengembangkan potensi yang ada di Kabupaten Banyumas, khususnya di bidang pembangkitan listrik tenaga air, maka PT. BANYUMAS INVESTAMA JAYA bermaksud untuk membangun proyek Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Logawa-Sunyalangu yang terletak di hulu sungai Logawa dan juga PLTM yang ada di Sungai Banjaran. Sejalan dengan keinginan pemerintah untuk mengurangi pemakaian sumber daya alam yang tidak terbarukan (unrenewable/ seperti minyak, gas bumi dan batubara, maka pengembangan potensi sumber daya air sebagai energi alternatif baru terbarukan (renewable) sangat perlu untuk terus digalakkan. Dengan memanfaatkan beda tinggi yang ada, maka air yang biasanya hanya terbuang percuma, energi potensialnya dapat digunakan untuk memutar turbin dan putaran turbin tersebut dipakai  untuk memutar generator sehingga  menghasilkan tenaga listrik.

Pembangunan PLTA biasanya memang memerlukan biaya investasi yang cukup besar, terutama untuk investasi konstruksi sipil. Hal tersebut dapat dimaklumi, karena lokasi PLTA sangat tergantung dari kondisi topografi dan geologi daerah yang akan dikembangkan. Apabila daerah tersebut memiliki topografi yang cukup mudah, kondisi geologi yang cukup baik dan cukup dekat dengan akses jalan, maka  biaya pekerjaan sipil akan menjadi lebih murah, tetapi sebaliknya apabila topografinya sulit, kondisi geologinya kurang menguntungkan (misal: terletak di atas jalur patahan) dan jauh dari jalan akses, maka pengembangan PLTA tersebut menjadi sangat mahal. Namun demikian, biaya operasi PLTA sangat murah karena pada saat pengoperasian tidak memerlukan pembelian bahan bakar. Keuntungan-keuntungan lain yang akan didapat apabila membangun PLTA adalah dapat mengurangi pencemaran dan aman terhadap lingkungan.