Budidaya Tambak Udang Litopenaeus Vanname Super Intensif

Proyek Prospektif

Latar Belakang :

Kabupaten Jepara memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut  yang besar yang dapat dikembangkan untuk memberi andil bagi peningkatan perekonomian daerah. Salah satunya adalah tambak di wilayah pesisir.Selain menyediakan barang dan jasa, kawasan pesisir menjadi faktor pendukung dalam pertumbuhan ekonomi dan sumber penghasilan bagi masyarakat pesisir (Tuwo, 2011). Di Indonesia, kawasan pesisir telah dimanfaatkan sebagai wisata dan memiliki fungsi seperti penggunaan untuk pemukiman, perikanan, pertanian, dan sebagainya (Dahuri et al., 1996). Dalam rangka meningkatkan kinerja sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Jepara, maka pengembangan komoditas potensial yang didukung oleh sumberdaya alam, sumber daya manusia serta prasarana dan sarana penunjang yang tersedia baik jumlah maupun kualitas yang memadai, mutlak menjadi bahan pertimbangan. Bidang usaha budidaya tambak di sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha yang mempunyai prospek ekonomi dan finansial yang baik dan layak untuk dikembangkan di Kabupaten Jepara.

Untuk budidaya perikanan air payau, terdapat areal tambak seluas 1.065 hektare  yang tersebar di lima kecamatan pesisir, mulai dari Kecamatan Jepara, Tahunan, Mlonggo, Kedung, dan Donorojo. Usaha budidaya udang Vaname di tambak di samping meningkatkan kesejahteraan, juga sejalan dengan tekad pemerintah yang ingin menciptakan kedaulatan pangan. Apalagi lahan yang digunakan semula merupakan lahan tidak produktif.Keberadaan tambak udang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan perekonomian warga dan menambah  lapangan kerja. Dengan pasar yang sudah ada dan harga relatif bagus, produksi udang perlu ditingkatkan sehingga mampu memberi devisa bagi negara sekaligus salah satu cara untuk swasembada pangan, Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang cukup banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di kawasan pesisir sebagai salah satu bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani.

Udang jenis ini banyak digemari oleh masyarakat luas baik masyarakat dalam maupun luar negeri disebabkan karena tingginya nilai nutrisi yang dikandung dan rasanya yang lezat. Udang Vaname mempunyai sebaran sangat luas dan banyak dibudidayakan oleh pembudidaya udang di pertambakan sepanjang kawasan pantai di Indonesia. Sepuluh besar negara produsen udang di dunia salah satunya adalah Indonesia. Produksi udang Indonesia mengalami peningkatan sebesar 13, 9 % per tahun dalam kurun waktu lima tahun terakhir (Anonymous, 2016). Berdasarkan potensi lahan dan pengembangan serta dukungan teknologi, produksi udang nasional tahun 2015 ditingkatkan sekitar 32 % dari produksi udang tahun 2014 dengan target produksi sebesar 785.900 ton dan angka sementara telah mencapai 592 ribu ton (Dirjen Perikanan Budidaya, 2016). 

Hasil produksi udang sebagian besar (70 %) dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan sisanya 30 % untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Proses produksi Udang Vaname banyak dilakukan secara tradisional, semi intensif maupun intensif di berbagai kawasan pertambakan di sepanjang pantai di seluruh Indonesia. Kualitas air media pemeliharaan udang sangat beragam dari satu kawasan pertambakan dengan kawasan lainnya. Kualitas air media pemeliharaan udang sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan produksi. Penurunan kualitas air ke arah batas toleransi ambang bawah maupun atas dapat mengakibatkan kematian yang berefek lanjut pada penurunan produksi. Penurunan kualitas air di samping berasal dari pengaruh lingkungan juga bisa dihasilkan dari sisa metabolisme dari udang yang dipelihara sehingga dapat menyebabkan  terjadinya kematian. Rendahnya produksi Udang Vaname baik kuantitas maupun kualitasnya sangat ditentukan oleh berbagai macam faktor, antara lain masih rendahnya penerapan sistem desain di dalam pengelolaan kualitas air media di tempat pembesaran dan masih rendahnya kualitas benih yang dipergunakan oleh para pembudidaya.

Demikian juga inovasi sistem pemeliharaan udang yang dilakukan oleh banyak pihak, antara lain  dengan pengelolaan kualitas air dengan sistem sirkulasi, penerapan kepadatan tinggi, dan lain - lain masih menunjukkan adanya beberapa kelemahan, sehingga mengakibatkan tingkat kematian masih cukup tinggi, penurunan kualitas air akibat penggunaan pakan cukup signifikan, sistem sirkulasi air kurang baik, munculnya berbagai penyakit, sehingga berakibat lanjut dihasilkannya produk yang belum optimal baik kuantitas maupun kualitasnya. Berbagai permasalahan yang timbul di dalam proses produksi Udang Vaname terutama dalam mengatasi permasalahan pengelolaan kualitas air yang dapat menyebabkan  terjadinya kematian belum secara optimal terpecahkan oleh para kelompok pembudidaya udang. Keterbatasan kemampuan kelompok pembudidaya udang dalam memecahkan permasalahan ini menyebabkan rendahnya produksi Udang Vaname dari hasil kegiatan pada proses pembesaran udang. Oleh karena itu sangat diperlukan upaya untuk memecahkan permasalahan yang telah dialami oleh para pembudidaya udang di dalam proses kegiatan produksi Udang Vaname melalui pendekatan perbaikan pengelolaan kualitas air dan aplikasi sistem desain pada penerapan sistem sirkulasi tertutup.

Kegiatan revitalisasi tambak  sangat berguna dalam menunjang pengembangan kegiatan pembesaran udang yang selanjutnya mempunyai dampak terhadap pengembangan usaha agroindustri. Berdasarkan Peraturan Menteri  No. 75/Permen KP/2016 yang dicatat dalam Berita Negara Republik Indonesia  No.8 Tahun 2017 tentang Pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus monodon) dan udang vaname (Litopenaeus vannamei), Saat ini teknologi pembesaran udang windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei) telah berkembang cukup pesat mulai dari teknologi sederhana, semi intensif, intensif, dan super intensif.

Perkembangan dan penerapan teknologi yang inovatif dan adaptif diharapkan dapat membantu pelaku usaha terutama pembudidaya udang windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei) untuk meningkatkan produksi, nilai tambah, dan menghasilkan udang windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei). Teknologi budidaya udang super intensif dicirikan dengan padat penebaran 5.000.000 (lima juta) sampai dengan 10.000.000 (sepuluh juta) ekor/hektare atau 217 (dua ratus tujuh belas) sampai dengan 385 (tiga ratus delapan puluh lima) ekor/meter3 menggunakan kincir minimal 80 (delapan puluh) unit kincir, 40 (empat puluh) unit turbo jet dan 10 (sepuluh) blower/hektare,dan pompa air sesuai kebutuhan.

 

Nilai Investasi Rp 101,29 miliar
Skema Investasi

Build Operate Transfer atau Swasta Murni

Kondisi Saat Ini

Desa Karanggondang yang berada di wilayah Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara dengan Luas 1.241 Ha yang jumlah penduduknya 17.888 jiwa dengan batas wilayah sebelah Utara: Desa Bondo, sebelah Selatan: Desa Srobyong dan desa Sekuro, sebelah Timur: Perhutani/Desa Bangsri, sebelah Barat: Laut Jawa. Mata pencaharian penduduk terbesar adalah Petani dan Nelayan, Jenis tanah warna merah dan debian. Di wilayah Desa Karanggondang ada : Perpustakaan Desa,  Pusat Kesehatan Desa (PKD), Puskesmas Pembantu (PUSTU), Apotik, Pasar Desa, BUMDes, Balai Pemberdayaan Masyarakat, Wisata Bahari, Wisata Kuliner, Sanggar Batik. Tambak Pemkab ini pengelolaannya ada  bagian aset Pemkab Jepara berada pada posisi di dekat pantai wisata Pailus. 

Akses jalan menuju pantai Pailus kini mulai dibenahi, ada gapura serta penunjuk jalan sehingga memudahkan calon investor menuju lokasi. Jalan menuju tambak di pantai Pailus sudah ada jalan Kabupaten yang  beraspal  hotmix, serta jalan lingkungan menuju tambak berupa jalan cor sebelah kanan dan kirinya sehingga bisa dilalui mobil atau motor. Jarak pantai Pailus dengan pusat kota Jepara hanya sekitar 13,4 km ke arah utara, atau sekitar 26 menit dengan menggunakan kendaraan motor atau mobil pribadi. Dari alun-alun Jepara kemudian menyusuri jalan Jepara-Bangsri, di lampu merah pertigaan belok kiri ke arah jalan Mlonggo-Bondo hingga melewati gapura pantai Blebak. Lokasi pantai di sebelah utara pantai Blebak dan hanya dibatasi oleh beberapa sawah. Luas lahan tambak milik Pemda kabupaten Jepara  seluas  ± 101.950 m2 (Sepuluh  ribu meter persegi), pada dua bidang tanah di pantai Pailus desa Karanggondang Kecamatan Mlonggo.

Keterbatasan kemampuan kelompok pembudidaya udang dalam memecahkan permasalahan ini menyebabkan rendahnya produksi Udang Vaname dari hasil kegiatan pada proses pembesaran udang. Oleh karena itu sangat diperlukan upaya untuk memecahkan permasalahan yang telah dialami oleh para pembudidaya udang di dalam proses kegiatan produksi Udang Vaname melalui pendekatan perbaikan pengelolaan kualitas air dan aplikasi sistem desain pada penerapan sistem sirkulasi tertutup. Kegiatan revitalisasi tambak  sangat berguna dalam menunjang pengembangan kegiatan pembesaran udang yang selanjutnya mempunyai dampak terhadap pengembangan usaha agroindustri. Berdasarkan Peraturan Menteri  No. 75/Permen KP/2016 yang dicatat dalam Berita Negara Republik Indonesia  No.8 Tahun 2017 tentang Pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus monodon) dan udang vaname (Litopenaeus vannamei), Saat ini teknologi pembesaran udang windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei) telah berkembang cukup pesat mulai dari teknologi sederhana, semi intensif, intensif, dan super intensif.

Perkembangan dan penerapan teknologi yang inovatif dan adaptif diharapkan dapat membantu pelaku usaha terutama pembudidaya udang windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei) untuk meningkatkan produksi, nilai tambah, dan menghasilkan udang windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei).  Teknologi budidaya udang super intensif dicirikan dengan padat penebaran 5.000.000 (lima juta) sampai dengan 10.000.000 (sepuluh juta) ekor/hektare atau 217 (dua ratus tujuh belas) sampai dengan 385 (tiga ratus delapan puluh lima) ekor/meter3 menggunakan kincir minimal 80 (delapan puluh) unit kincir, 40 (empat puluh) unit turbo jet dan 10 (sepuluh) blower/hektare,dan pompa air sesuai kebutuhan.

 

Ruang Lingkup Proyek

Pengembangan investasi budidaya udang Vaname di tambak Super intensif dimulai dari persiapan Tambak, persiapan pengelolaan air, penebaran benur, pengelolaan sedimen dan air selama masa pemeliharaan, Pemberian pakan, Pengelolaan kesehatan udang, serta pengelolaan Pangan. 

Ketersediaan Pasar

1) Analisis Permintaan (Demand) :

Perkembangan harga udang ekspor Indonesia dari 2006-2017 terlihat mengalami fluktuasi di berbagai negara. Harga udang ekspor Indonesia ke Jepang tahun 2006-2017 cenderung mengalami kenaikan sebesar 3,464 persen/tahun. Melalui perjanjian ekonomi antara Indonesia dan Jepang, mulai 2008 Indonesia tidak dikenakan tarif bea masuk impor untuk komoditas udang. Untuk pasar Amerika Serikat, harga udang ekspor Indonesia tahun 2006-2017 cenderung berfluktuasi. Hal yang membuat harga udang Indonesia di pasar Amerika Serikat lebih murah adalah pembebasan tarif bea masuk yang diberikan untuk negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Di Korea Selatan, perkembangan harga udang Indonesia berfluktuasi dengan tren meningkat. Harga ekspor yang terendah adalah tahun 2006 sebesar 6.79 US/kg sementara tertinggi 2013 yaitu 9.44 US$/kg. Sementara itu, harga udang ekspor ke Belanda tahun 2006-2017 menunjukkan tren meningkat. Belanda masih mengenakan tarif bea masuk untuk komoditas udang yaitu berkisar 4,2 sampai 12 persen.

Analisis Pasar:

Perkembangan industri udang di Kabupaten Jepara terus berkembang. Selain usaha tambak udang meluas, harga jual di tingkat petambak cenderung naik. Harga udang vaname ukuran 50 ekor per kg (ukuran 50) naik dari Rp 75.000 per kg menjadi Rp 85.000 per kg. Udang ukuran 100 dari semula Rp 45.000 per kg menjadi Rp 60.000 per kg. Kenaikan harga ini mencapai Rp 10.000-15.000 per kilogramnya. Beberapa faktor kenaikan harga udang ini disebabkan permintaan dunia yang bagus dan pengakuan terhadap kualitas udang Indonesia.

2) Persaingan Pasar dan Kekuatan Pesaing

Terdapat 2 perusahaan pembudidaya udang Vaname yang sudah ada, yaitu : PT Waringin dengan Investor Haji Yanto di Blebak, desa Sekuro Mlonggo dan Tambak Marine Science Tehno Park (MSTP) Undip yang dikelola oleh unit Tambak PT. Rits Samodra Semarang dengan Investor Konsorsium keluarga Ibu Hj. Aspiah Ondang.

Luas Lahan 101.950 m²
Sumber Air

Pemenuhan kebutuhan air laut serta air tawar  dapat tersedia sepanjang tahun.

Kelistrikan

Jaringan energi/kelistrikan menggunakan energi PLN 3 fase, serta genset.

Telekomunikasi

Bisa menggunakan berbagai macam media telekomunikasi