Wisata Agro dan Rest Area PT Perkebunan Tambi (WARABI)

Proyek Potensial

Latar Belakang :

Dengan adanya WARABI ini akan menjadi wadah untuk meningkatkan perekonomian daerah. Karena akan menyerap tenaga kerja, menampung hasil karya masyarakat berupa makanan khas, kerajinan tangan dan lain-lain.

Nilai Investasi Rp 6.516.029.894,7
Skema Investasi

1. BOT

Berdasarkan lembar kerja perhitungan penganggaran modal, terutama NPV kumulatif, proyek akan dialihkan ke PT TAMBI ketika IO yang dikeluarkan oleh pelaksana proyek telah kembali. Berdasarkan tabel perhitungan NPV kumulatif seperti pada Tabel-7, IO telah dilunasi dengan tingkat pengembalian sebesar 11% pada akhir tahun ke-11. Pelaku BOT berhak mengelola selama 8 tahun. Setelah tahun ke-11 atau awal tahun ke-12 beroperasi, proyek dan manfaat ekonomisnya hanya menjadi hak PT TAMBI.

Cumulative NPV 11% 

Pelaksana proyek tentunya tidak akan menggunakan Rate of Return sebesar 11%, tetapi dapat menggunakan Return On Assets (ROA) misalnya 15%. Berdasarkan tabel perhitungan NPV kumulatif seperti yang ditunjukkan pada Tabel-8, IO telah dibayar kembali dengan tingkat pengembalian 15% pada akhir tahun ke-13. Artinya, pelaku BOT berhak mengelola selama 13 tahun. Sehingga setelah tahun ke-13 atau awal tahun ke-14 beroperasi, proyek dan manfaat ekonomisnya hanya menjadi hak PT TAMBI. PT TAMBI hanya berhak mengelola selama kurang lebih 5 tahun sampai batas waktu HGU.

2. MODEL 2

BOT dilakukan dengan menjual objek rest area untuk perkebunan Opportunity Cost seluas sekitar 8700m2 dengan nilai bersih 24 juta/tahun. Namun karena daerah tersebut berada pada jalur strategis menuju pintu masuk kota Wonosobo, maka opportunity cost harus ditambah dengan nilai strategis 2,5 kali dari opportunity price 24 juta/tahun, sehingga menjadi sekitar 60 juta per tahun. Yaitu harga keekonomian per tahun jika proyek dilaksanakan dengan metode BOT. Pola ini memang berisiko rendah karena seluruh pembangunan fisik dan operasional diserahkan kepada pihak lain dan PT Tambi langsung memperoleh laba bersih tahunan sebesar Rp60 juta.

Selama umur proyek yaitu 19 tahun (menurut HGU milik PT TAMBI), nilai sekarang kumulatif dari hasil BOT adalah Rp0,5 miliar seperti yang ditunjukkan pada Tabel-9, yang akan sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan jika dikelola sendiri dengan perkiraan nilai NPV sekitar Rp3,7 miliar. Namun, dengan mengelola sendiri Rest Area dan Agrowisata, risiko bisnis akan jauh lebih besar dibandingkan dengan skema BOT sebesar Rp. 60 juta per tahun. Kondisi ini sangat sesuai dengan metode investasi, semakin tinggi keuntungan semakin besar risiko atau sebaliknya.

Model BOT juga dapat diasumsikan bahwa harga akan naik 5% per tahun, karena semakin tahun tumbuh semakin besar jumlah pengunjung dan semakin besar pendapatan masyarakat. Berdasarkan konsep tersebut, present value yang diperoleh PT TAMBI akan semakin besar yaitu RP 0,7 M seperti terlihat pada Tabel 4.14. Model swakelola dengan skenario permodalan PT TAMBI 25% dan Bank 75% nilai yang diperoleh PT TAMBI masih lebih besar yaitu Rp. 3,7 miliar

Kondisi Saat Ini

Perkebunan Teh

Ruang Lingkup Proyek

Lingkup Pekerjaan

Mini Market
food court
Musholla
Sarana bermain
Gedung serbaguna
WC/MCK
Landscape
homestay

Ketersediaan Pasar

Agrowisata dan rest area PT Tambi merupakan tempat atau lokasi untuk berwisata dan beristirahat bagi masyarakat yang membutuhkan. Saat ini kebutuhan masyarakat akan perjalanan cenderung meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat dan tingkat kebutuhan untuk bersantai. Pada tahap awal ini akan dikembangkan potensi pasar agrowisata dan rest area PT Tambi dengan menganalisis masyarakat kelas menengah ke atas.

Indikator yang digunakan adalah kepemilikan kendaraan roda empat oleh masyarakat, karena diperkirakan pengunjung tempat wisata akan didominasi oleh mereka yang memiliki kendaraan roda empat atau juga rombongan wisata menggunakan bus wisata. Jumlah kendaraan bermotor roda empat di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 sebanyak 998.158 unit (Ditlantas Polda Jawa Tengah, 2016), terdiri dari sedan, station wagon, minibus, dan jeep. Dari jumlah tersebut, yang terbesar didominasi oleh station wagon, yaitu kendaraan roda 4 yang mampu mengangkut 4-7 penumpang. Peningkatan jumlah kendaraan di Jawa Tengah rata-rata 15,23% per tahun. Selain itu, wilayah Jawa memiliki proporsi kendaraan roda empat terbesar di seluruh Indonesia yaitu mencapai 63,82% dari total jumlah kendaraan di Indonesia. Kondisi ini akan menciptakan potensi bagi keberadaan agrowisata dan rest area PT Tambi. Namun dalam penelitian ini potensi yang berasal dari keberadaan jumlah kendaraan khususnya roda empat akan ditentukan sebesar 5% dari jumlah keseluruhan. Jadi jika jumlah penumpang kendaraan diasumsikan 3 orang per kendaraan maka dapat dihitung jumlah konsumen yang berkunjung ke agrowisata dan rest area PT Tambi adalah sebanyak : 5% x 998.158 x 3 orang = 149.724 orang. Sedangkan jika diperkirakan dalam hari, setiap harinya ada 149.724:360 = 416 orang.

Di tingkat Kabupaten Wonosobo sebagai pembanding, jumlah pengunjung tempat wisata di Kabupaten Wonosobo selama dua tahun terakhir (2014 dan 2016) mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Rata-rata tingkat peningkatan kunjungan ke beberapa tempat wisata di Kabupaten Wonosobo mencapai 73,59%. Fakta ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengunjung wisata di Kabupaten Wonosobo. Lebih lanjut, kondisi ini juga menjadi gambaran bahwa Kabupaten Wonosobo masih menjadi lokasi kunjungan wisatawan ke beberapa tempat wisata. Dengan demikian keberadaan agrowisata dan rest area PT Tambi juga diprediksi akan terpengaruh oleh kedatangan wisatawan tersebut.

Luas Lahan 4.98 Ha"
Sumber Air
Kelistrikan
Telekomunikasi